Pengalaman LGN menemukan khasiat ganja untuk menolong penderita
diabetes berawal dari Aceh. Kala itu kami berjumpa dengan salah seorang
berusia setengah baya yang memberikan ramuan akar ganja. Sebagai
organisasi berbasis riset, kami tidak serta merta mempercayainya.
Sekembalinya kami ke ibu kota negara, penelusuran jurnal-jurnal kami
lakukan dan hasilnya sangatlah mengejutkan.
The American Alliance for Medical Cannabis (AAMC) mengemukakan 9 khasiat ganja bagi penderita diabetes, yaitu:
- Menyeimbangkan gula darah (berdasarkan jurnal pribadi penderita diabetes).
- Meredakan radang saraf arteri yang biasa dialami oleh para penderita diabetes.
- Efek neuroproteksi yang mencegah peradangandan mengurangi rasa sakit pada saraf.
- Agen anti-spasmodik yang membantu mengurangikejang otot dan rasa sakit dari gangguan nyeri perut.
- Berperan sebagai vasodilator yang menjaga pembuluh darah tetap terbuka dan meningkatkan sirkulasi darah.
- Menjaga tekanan darah agar tetap rendah dimana hal ini sangat vital bagi penderita diabetes.
- Dapat digunakan sebagai krim penghangatyang membantu meredakan rasa sakit pada saraf dan kesemutan pada tangan serta kaki.
- Mengonsumsi mentega dan minyak ganja dapat memperbaiki kesehatan jantung.
- Ganja membantu penderita diabetes meredakan Restless Leg Syndrome (RLS); gangguan berupa kaki yang kejut-kejut sewaktu tidur.
Penelitian lebih lanjut baru saja dilakukan tahun lalu oleh sekelompok peneliti asal Amerika. Para peneliti menelaah 4.657 pria dan wanita melalui the National Health and Nutrition Examinations Survey
(NHANES) antara tahun 2005 dan 2010. Subjek yang saat ini menggunakan
ganja menunjukkan tingkat yang lebih rendah dari insulin puasa dan
resistensi insulin dibandingkan mereka yang tidak pernah atau
kadang-kadang menggunakan ganja. Pengguna ganja juga memiliki lingkar
pinggang yang lebih kecil serta kadar kolesterol HDL (penj.: kolesterol tidak berbahaya) yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak pernah atau kadang-kadang menggunakan ganja.
“Namun, penelitian kami adalah penelitian pertama yang mencaritahu
hubungan antara penggunaan ganja dengan insulin puasa, glukosa, dan
resistensi insulin”, ujar kepala peneliti, Murray A. Mittleman, MD,
DrPH. Penelitian ini mengundang komentar dari salah seorang pemimpin
redaksi di The American Journal of Medicine,
Joseph S. Alpert, MD, “Apakah THC (tetrahydrocannabinol) akan
diresepkan kepada penderita diabetes pada masa yang akan datang? Hanya
waktu yang akan menjawab pertanyaan ini.”
Negara dan bangsa Indonesia tidak boleh diam dan menunggu hasil-hasil
kerja mereka selesai mengingat besarnya angka penderita diabetes di
negara kita. Pada tahun 2013, Indonesia memiliki sekitar 8,5 juta
penderita Diabetes yang merupakan jumlah ke-4 terbanyak di Asia dan
nomor-7 di dunia. Jumlah tersebut diperkirakan akan melesat sampai 12
juta penderita Diabetes di tahun 2020, karena yang mulai terkena
diabetes semakin muda.
Kita harus segera memulai riset sendiri menggunakan akar ganja
kita. Daripada menunggu-nungu hasil dari seberang, kenapa tidak kita
buat negara kita sebagai ladang riset ganja terbaik di dunia? (R/Abigail
Maramis)
Sumber: